Cerita Sex Bonus Foto Bugil - Gejolak Gadis SMA Bag.1

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas, www.segi3.com  
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas

Cerita Sex Bonus Foto Bugil - Gejolak Gadis SMA Bag.1 - Dodi, seorang pribumi bertubuh kekar dengan wajah ramahnya menyambut seorang gadis cantik bermata sipit yang keluar dari pintu gerbang sekolah. dengan ramah Mang Dodi membukakan pintu mobil mempersilahkan gadis cantik itu duduk di dalam. Dengan hati-hati ia menutup pintu kembali, setelah itu ia duduk di belakang kemudi.

“bagaimana sekolahnya non ??” Mang Dodi bertanya sambil menyalakan mobil.

“uhh sebel deh mang Dod, cape, tadi aku..dll dstt dsttt”

Nidya curhat kepada sopir kepercayaannya yang menengok kebelakang.mendengarkan curhat dari Nidya. Memang sudah lama mang Dodi bekerja di keluarga Nidya, semenjak Nidya masih duduk di kelas TK kecil, mang Dodi sudah mengantar jemputnya dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah. Mata Mang Dodi melirik melihat paha mulus yang tersembul, mau tak mau sebagai laki-laki normal mang Dodi menelan ludah yang membanjir melihat kemulusan paha putih yang mengkilap.

“pokoknya hari ini aku sebeeeeelll banget mang Dod , bete deh..” Nidya mengakhiri keluhannya.

“ya sudah.. betenya jangan lama-lama non, nggak baik…”


Mang Dodi menghadap ke depan dan mulai menginjak gas. Dengan mobil pajero sport mang Dodi mengantar Nidya pulang ke rumah dengan selamat. Seorang jongos yang berjaga membukakan pintu besi yang berdiri dengan kokoh dan yang seorang lagi sibuk berkiri kiri dan berkanan-kanan memandu mobil mewah itu. Nidya turun dari mobil kemudian mengangguk ramah kepada dua orang jongos yang menyapa, Mang Dodi mengekori dari belakang mengikuti Nidya masuk ke dalam rumah mewah yang sepi dari yang namanya “keluarga” . Mata Mang Dodi menikmati goyangan pinggul Nidya. Masih terbayang saat Nidya masih TK dulu, ia sering duduk di pangkuannya dan Nidya tertawa saat mang Dodi menggelitiki dan mencubit hidungnya yang mancung. Masih teringat dengan jelas saat Nidya keluar telanjang buat dari dalam kamar mandi, Nidya kecil berlari kepangkuannya dan menangis sambil berkali-kali menunjukkan bebek karetnya

“mang Dod , bek mati.. hu hu hu” , mata mang Dodi melotot bukan ke arah bebek karet yang menciut namun melotot ke arah selangkangan Nidya kecil. jarinya hendak menyentuh bibir vagina Nidya yang masih sangat suci. Tiba-tiba seorang perempuan tua menerobos masuk membawa belanjaan.

“Ehh-um Ehemmmmmm” Mang Dodi salah tingkah karena Mbak Ijah muncul tiba-tiba.

“Dodi mengapa non Nidya menangis ?? kamu apakan hah !!” Mbok Ijah menegur Dodi , matanya menatap curiga.

“MBOKKKKKK… Bek matiiiiii…..” Nidya berlari kearah Mbok Ijah.

“Ohhhh, bebek.. mana sini , biar simbok liat…” Mbok Ijah meniup bebek karet yang menciut, Nidya tersenyum senang.

“Mang.. Mang Dod, mang Dod !! MANGGG !!!” Nidya berteriak keras.

“Uhhh.. e- ehh iya non kenapa ?? ada apa”

Kenangan masa lalu Mang Dodi buyar seketika, ia mengejar ke arah kolam renang, agak keheranan mang Dodi melihat Nidya mematung berdiri pucat pasi, mang Dodi berlari menghampiri.


Mang Dodi

“kenapa non ?? kenapa…”

“i-i-itu mang .. itu…”

“yiahh si non, cuma beginian, mang Dod kira ada apaan…” Mang Dodi mencomot ulat bulu di bahu Nidya.

“Uhhh…. “ Nidya bernafas lega.

“Nihh uletnya !!” Mang Dodi pura-pura melempar ulat bulu ke arah Nidya

“Awwww… e-ehh mang bawa kesana ah!! Yee mang Dod !! awas ya!!” Nidya merengut, mang Dodi tertawa.

“mang beliin air kelapa dong…” Nidya mengeluarkan uang dari dompetnya.

“iya…, tapi traktir ya…” goda Mang Dodi cengengesan.

“Iya.. pokoknya beres…” Nidya tersenyum.

“Asikkkkkk….. makasih non…, Non Nidya emang paling baek dah” Mang Dodi memuji.

“udah , nggak usah nge-gombal, sebel…GPL ya” Nidya tersenyum manis.

“beres Nonnnn…” Mang Dodi menjawab dan segera berlari.

Di pinggir kolam renang, dua kursi mengapit sebuah meja bunda dengan sebuah payung yang menaungi. Sementara di tempat yang teduh berjajar kursi santai panjang. Di situlah Nidya duduk bersantai melepas kepenatan di atas kursi santai panjang. Matanya yang sipit terpejam, tangan kirinya menarik rok seragam abu-abunya ke atas, tangan kanan menyusul masuk ke dalam kain segitiga kecil berwarna putih bersih.

“ohhh mang Dodddd….”

Bibirnya mendesis saat angan membawa Nidya menuju sebuah tempat membayangkan nikmatnya kecupan mang Dodi. Dalam khayalnya, Mang Dodi sangat lugu sedangkan Nidya sendiri sangatlah liar hingga mang Dodi mengerang meminta ampun menghadapi keliaran Nidya. Darah muda Nidya mendidih seliar angannya.

“Emmm…..” tubuh Nidya mengerjat menahan nikmat.

“Ahh !!”

Rasa Nikmat disusul dengan terkejut. Mata sipitnya bertatapan dengan mata mang Dodi yang berdiri tercenggang, Nidya menunduk dengan wajah merah padam, malu bukan main, untuk yang pertama kali mang Dodi memergokinya sedang bermasturbasi. Wajah mang Dodi juga sama, merah padam karena nafsu yang memuncak. Angannya kembali ke masa lalu saat ia melihat Nidya kecil telanjang bulat dan berlari ke pangkuannya. Mang Dodi tidak tuli, jelas-jelas ia mendengar Nidya mendesis memanggil namanya, tidak perlu diragukan lagi, laki-laki dalam khayal Nidya adalah dirinya. Setelah menaruh air kelapa di atas meja mang Dodi berlutut di samping kursi malas.

“Non Nidya….” dengan memberanikan diri mang Dodi mengelus betis gadis itu

Karena tidak mendapat penolakan dari Nidya , mang Dodi semakin berani, tangannya mengelus ke atas mengusap paha putih mulus. Reflek Nidya mengapitkan kedua pahanya saat tangan mang Dodi  mengusap paha bagian dalam.

“mang Dod…” Nidya merintih dalam gejolak darah mudanya.

Matanya menatap sayu pada mang Dodi yang merenggangkan paha mulusnya, nafasnya tak beraturan dan berat. Tubuhnya yang masih awam menggelinjang dan menghangat. Tubuh Nidya rebah di atas kursi malas dengan dua kaki yang mulus mengangkang lebar.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas

“ohhhhhh.. mang Dod…hhsssshh” sekali lagi Nidya merintih saat mang Dodi menjatuhkan wajah pada kain segi tiga putih di selangkangannya.

Tubuh Nidya gemetaran seperti sedang meenjalani terapi listrik. Detak jantungnya berdegupan keras memompa darah untuk mengalir lebih kencang melepaskan nikmat dan nafsu yang sempat tertahan. Tangan Nidya membelai kepala mang Dodi. Ia menggigit bibir menahan desah yang hampir keluar saat lidah mang Dodi menyelinap melalui pinggiran celana dalamnya. Aktif, lidah mang Dodi menggeliat-geliat.

“Achhh…!” Nidya mendorong kepala mang Dodi yang lidahnya menoel bibir vaginanya.

“E-Ehhh mang Awww…” Nidya memekik kaget saat mang Dodi menjabret celana dalamnya.

“Hussshhh jangan keras-keras non…, nanti kedengeran loh…” Mang Dodi tersenyum mesum.

“ih Mang Dodi, maen buka aja…seenaknya” Nidya cemberut, ia bangkit sambil menarik rok seragamnya ke bawah.

“supaya lebih asik non.., percaya deh sama mang Dodi..”

Mang Dodi menjatuhkan Nidya kembali ke atas kursi, tangannya menarik rok seragam Nidya dengan paksa ke atas. Mulutnya mengejar belahan bibir vagina Nidya , gadis itu panik menggeser-geserkan pinggulnya menghindari mulut mang Dodi.

“ahhhhhhhh……m-mang Doddd…. Dhiiiii…ihhhh”

Tubuh Nidya lemas di atas kursi. Kecupan dan hisapan rakus mang Dodi membuat gairah darah muda Nidya kembali bergejolak, tubuh Nidya menggelepar dan melenting menikmati keagresifan mulut mang Dodi yang mencecar vaginanya.

“Aaaaa.. ahhhhhh…..” Nidya mendesah

Cairan orgasmenya tumpah kedalam mulut mang Dodi yang rakus menghisap-hisap vaginanya. Nidya merintih tak berdaya, selama ini dalam khayal memang dirinyalah yang liar dan mang Dodi yang lugu dan lemah namun pada kenyataanya justru sebaliknya. Dengan Mudah mang Dodi memeras cairan vagina Nidya bersama dengan luapan kenikmatan. Nidya tak melawan saat mang Dodi meloloskan seragam abu-abu dari pinggangnya. Hanya bra dan pakaian seragam yang melindungi kemulusan tubuh Nidya dari mata mang Dodi.

“Non Nidya cantik sekali..”

Mang Dodi membopong tubuh Nidya, dengan santai ia membawa Nidya masuk ke dalam rumah, lalu menaiki anak tangga dan membawa nona majikannya masuk ke dalam kamar. Semenjak kematian Mbok Ijah setahun yang lalu, suasana rumah menjadi sepi. Nidya salah tingkah saat mang Dodi mendudukkannya di pinggiran ranjang sedangkan mang Dodi duduk di sampingnya. Bibir tebal mang Dodi mengejar Bibir Nidya, dengan mudah mang Dodi merampas Ciuman pertama Nidya.

“Emhh…” Nidya menarik bibirnya, ia menatap sopirnya itu dengan mata sayunya saat tangan kekar mang Dodi melucuti kancing baju seragamnya setelah itu menarik kedua cup branya ke bawah

Sepasang buah dada indah tertopang oleh cup bra berwarna krem. Mata mang Dodi berbinar menatap nanar keindahan sepasang payudara Nidya, ia telah menjadi saksi tumbuhnya sepasang payudara indah di dada Nidya. Dada yang semula rata kemudian mulai berkembang dan terus berkembang dengan indahnya dihiasi sepasang puting merah muda yang runcing. Setelah melepaskan baju dan celana panjang dan celana dalamnya yang dekil, Mang Dodi berlutut di hadapan Nidya, ia mengusap-ngusap paha mulus Nidya yang mengangkang pasrah. Bibir mang Dodi melumat dan mengulum bibir Nidya, tangan kekarnya mengerayang menjelajahi lekuk liku tubuh Nidya yang menggeliut-geliut tak bisa diam geli oleh rasa nikmat. Cumbuan mang Dodi merambat ke leher, pundak bahu dan mengecup ke arah buntalan buah dada sebelah kiri.

“mang….ennnnnnnnhhh…mang Doddddddd” Nidya merengek manja.

Mulut mang Dodi  mengunyah puncak dada. Ke mana Nidya berusaha menarik dadanya ke situ pula mulut mang Dodi mengejar. Tak ingin ia melepaskan puncak buah dada Nidya dalam mulut, bahkan saat punggung Nidya jatuh ke belakang, mulut mang Dodi segera mengejar buah dada yang hendak melarikan diri dari mulutnya. Sambil terus menggeluti buah dada Nidya mang Dodi menggusur tubuh mulus Nidya yang menggeliat-geliat kegelian ke tengah ranjang.

“Aaaa. Aah !! hsssh nnnnnhhh” Suara desah tertahan dan rintih kecil mewarnai cumbuan-cumbuan mang Dodi yang semakin panas

Butir-butir keringat meleleh memandikan dua insan berbeda ras yang tengah asik menjalin hubungan terlarang. Menggelinjang tubuh Nidya dibawah tindihan tubuh kekar mang Dodi. Nidya yang berkulit putih mulus menggeliat resah merintih dan mendesah dibawah tindihan tubuh kekar mang Dodi yang meneduhinya.

“mmmm, hssh mang Dod.. ahhh…”

Nidya gelisah saat merasakan tekanan kepala kemaluan mang Dodi pada belahan vaginanya. Mang Dodi menepiskan tangan Nidya yang berusaha mendorong dirinya, entah kenapa ada rasa takut yang mencekam saat Nidya melihat mata mang Dodi yang liar.

“Ahhh..!!” desah kecil Nidya mengiringi tenggelamnya kepala penis mang Dodi.

Bibir vagina Nidya yang mungil melingkari leher penis mang Dodi. Dari usia tentu saja usia Nidya jauh lebih muda, dari warna kulit tentu saja kulit mang Dodi lebih gelap dari kulit Nidya yang putih mulus, dari wajah sudah tentu wajah beringas mang Dodi menang atas cantiknya wajah Nidya. Sekali lagi mang Dodi menekankan penisnya dengan kuat dan Nidya mengerang. Entah sanggup atau tidak vagina Nidya menampung batang di selangkangan Mang Dodi. Satu tusukan kuat menyusul dan Nidya mengaduh kesakitan, bibir vaginanya yang mungil sobek dan selaput daranya robek ditembus batang penis mang Dodi.

“Aduh mang Dod !! Aduh!!sakit ! sakit mang Dod !! sakit !!” tangan Nidya menggapai-gapai menahan pinggul dan dada mang Dodi.

“ENNNNNNNNNGGGHHHHHH..!!!!” suara erangan Nidya terdengar keras saat mang Dodi memaksakan seluruh batangnya masuk ke dalam vaginanya

Selangkangan mang Dodi dan Nidya bersatu, bulu jembut mang Dodi bergesekan dengan bulu jembut Nidya. Nafas Nidya terdengar keras, matanya terpejam menahan sakit yang menyengat. Batang mang Dodi menyesaki liang vaginanya yang sempit peret karena baru kehilangan keperawanannya. Selama ini belum pernah ada benda apapun yang melewati liang senggamanya.

“ Non Nidya, memeknya enak amat, sebenarnya sudah lama mang Dodi pengen nyolok memek Non Nidya, siapa sangka hari ini Mang Dodi bisa melakukannya, percayalah sama mang Dodi Non, sebentar lagi tubuh Non  bakal tersentak sentak keenakan he he he he” Mang Dodi menceracau menumpahkan isi hatinya.

“Hsssshhh ahh !! aduh mang.. hsssshhhh!!” Nidya mendesis kesakitan, batang mang Dodi mulai menggenjot.

“Auw-hhh..!!”

Berkali-kali mata sipit Nidya  membeliak saat mang Dodi membenamkan batangnya dalam-dalam. Nidya merinding mendengarkan geraman mang Dodi, otot perutnya serasa kram saat batang penis Mang Dodi menusuk dalam. Kecupan dan lumatan gemas mang Dodi pada bibir Nidya yang merekah membuatnya semakin kewalahan.

“Ahhhhh…..”

Mata Nidya Nanar, ada rasa nikmat luar biasa menyela rasa sakit yang mengigit. Untuk yang pertama kali ia merasakan denyut-denyut orgasme akibat sebatang penis yang menumbuki vaginanya, rasanya seperti jiwa terlepas dari raga, melayang ke langit indah berhiaskan tangga pelangi.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas

“mang Dodddddd….ahhh enak mangggg” erangnya

Nidya mulai meladeni kecupan dan cumbuan mang Dodi. Bibirnya menyambut bibir mang Dodi, kedua tangannya memeluk tubuh kekar yang sedang giat bekerja menumbukkan batang penis ke dalam vaginanya. Mang Dodi mencabut batangnya hingga terlepas dari vagina kemudian kembali mencoblos liang vagina Nidya. Kemudian ditusuk-tusukannya penisnya dengan gencar pada liang yang becek itu dan dicabut lagi.

“ahhh, manggg.. jangan digituin… mang dod..” Nidya merengek manja.

“abis harus digimanain dong ?” Mang Dodi bertanya

Wajah Nidya merona karena terangsang berat sehingga menambah cantik wajahnya.

“Ayo , Nidya bilang sama mang Dod, harus digimanain.” Mang Dodi sengaja menggoda nona majikannya.

“emmm.. digituin mang…” Nidya tersenyum malu.

“digituin gimana yach ? mang Dodi nggak tau tuch “ Mang Dodi tersenyum lebar.

“Ahhnnhh mang Dod jahat !!” Nidya mencubit dada mang Dodi.

“ADOWHH…!!” Mang Dodi mengaduh kesakitan.

“Hiaaaahhh…!!” Nidya mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong mang Dodi.

“Eiiiiitttttt…”

Mang Dodi menangkap tubuh Nidya. Dua insan berbeda ras itu bergulingan dan kembali bercumbu mesra layaknya sepasang pengantin baru. Mang Dodi duduk di pinggiran ranjang, Nidya berdiri memperhatikan batang perkasa di selangkangan sopir setianya. Mang Dodi menarik Nidya untuk berlutut di hadapan batang penisnya.

“Nah sekarang Nidya jilat kontol mamang ya” Mang Dodi mengarahkan Nidya.

“jijik mang.. ihhh…” Nidya masih jijik dengan batang mang Dodi.

“Loh kenapa harus jijik, coba dulu.. ayo…” Mang Dodi membujui Nidya.

“iii – ihhh ngak mau ah , bau” Nidya menolak sambil menutup hidung dengan tangan.

“Ayo .. cobain… dulu…”

Tangan kiri mang Dodi menahan belakang kepala Nidya. Dengan rayu dan sedikit paksaan akhirnya mang Dodi berhasil menjejalkan kepala penisnya ke dalam mulut Nidya. Sang sopir merem melek keenakan.

“Ayo dihisap non.. “ perintah Mang Dodi sambil membelai rambut Nidya.

“Emmm. Mmmhh..” Nidya tak habis pikir, mendadak ia menyukai bau penis mang Dodi, senang menghisap dan juga senang menjilat-jilat batang penis yang besar panjang.

Ada sesuatu di dalam dirinya yang menuntut pelampiasan dari kesepian dan kejenuhannya selama ini. Dari seks pertama dengan sopirnya ini ia merasa mendapat pelampiaskan atas seluruh rasa yang menggebu dalam dada yang membuatnya ingin merasakan lebih dan lebih lagi. Sesekali Nidya mengangkat wajah cantiknya menatap mang Dodi yang tersenyum kemudian ia kembali menunduk untuk bekerja mengoral penis itu. Dengan lembut lidah Nidya mengulas-ngulas kepala penis mang Dodi sebelum akhirnya mang Dodi membimbingnya untuk menduduki batang penisnya dengan posisi tubuh Nidya memunggunginya.

“jangan takut Non.., dudukin aja.., ntar juga masuk…” Mang Dodi menarik pinggul Nidya untuk turun.

“sebentar mang, Nidya takut…”

Setengah mati Nidya mengumpulkan keberanian.

“rileks aja, anggap aja Non Nidya lagi duduk di pangkuan mang Dod, dulu kan waktu masih kecil non Nidya sering duduk di pangkuan mang Dodi”

Mang Dodi mengecup punggung Nidya perlahan. Dengan hati ragu Nidya menurunkan vaginanya. Mang Dodi membimbing Nidya untuk belajar memasukkan penis ke dalam liang vaginanya.

“ih..”

Nidya mengangkat pinggulnya kembali saat ujung penis mulai tenggelam ke dalam belahan vagina. Geli rasanya saat kepala penis menjilat belahan vagina yang berlendir. Sekali lagi tangan Nidya mengarahkan kepala penis mang Dodi pada belahan vaginanya, kali ini ia menahan rasa geli yang menggelitik saat kepala penis membelah belahan vaginanya. Gemetar seluruh tubuh Nidya menahan sensasi nikmat saat penis mang Dodi tenggelam semakin dalam.

“Ohh mang Dod…!! Mang Dod..”

Wajah Nidya terangkat ke atas menahan nikmat. Vaginanya berkedutan dan meremas batang penis mang Dodi, dengan gerakan indah luar biasa Nidya menggeliat, tubuhnya mulai bekerja mengikuti panduan dari mang Dodi yang terus mengajari sambil memainkan buah dada Nidya.  Belum begitu lama Nidya menaik turunkan pinggul, ia merintih kecil, Vaginanya kembali berdenyut-denyut , rasa nikmat dimulai dari daerah panggul kemudian menyebar ke seluruh tubuh moleknya yang berpeluh. Mang Dodi memeluk erat-erat tubuh Nidya yang tengah orgasme. Sebuah gigitan gemas bersarang di pundak Nidya meninggalkan bekas gigitan merah. Tanpa melepaskan pelukan dari tubuh Nidya, mang Dodi beringsut ke tengah ranjang.

“Ohhh !! ennnnhh aaaa.. Ahhhhh…”

Tubuh Nidya melambung turun naik di atas tubuh mang Dodi, sungguh indah buah dadanya terpantul di dada mengikuti tubuhnya yang melambung-lambung. Suara derit ranjang mengiringi suara nafas berat, desah dan rintihan Nidya dalam kamar, suara geram gemas mang Dodi sesekali terdengar di sela-sela kesibukan meluncurkan batang penisnya ke atas pada sebuah lubang mungil yang menjadi target bulan-bulatan penis besarnya. Wajah Nidya seperti tengah menahan derita, namun sebenarnya bukan derita yang sedang dirasakan olehnya, ia tengah menahan rasa nikmat akibat sodokan-sodokan batang penis mang Dodi yang menghujam keras hingga terasa ke ulu hati. Bercak – bercak darah perawan menodai seprai putih. Berkali-kali Batang penis besar milik seorang sopir bernama Dodi menuai kemenangan atas vagina nona majikannya yang keturunan Chinese bernama Nidya. Sebelum akhirnya penis besar itu mengisi liang vagina Nidya dengan sperma. Hanya suara nafas Nidya dan Mang Dodi yang terdengar memburu di dalam kamar. Dengan sebuah handuk mang Dodi mengeringkan tubuh Nidya yang berpeluh. Hampir tiga jam lamanya mang Dodi menikmati sempitnya vagina dan kemulusan tubuh Nidya. Setengah jam kemudian mang Dodi keluar dari dalam kamar meninggalkan Nidya yang termenung kebingungan. Baju piyama berwarna pink menyembunyikan tubuhnya dari ketelanjangan. Papa dan Mama Nidya baru pulang jam 6 sore tanpa merasa curiga sedikitpun apa yang baru saja terjadi.... Ke Bagian 2
Tags:
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
Foto Cewek Bookingan